Add caption |
Pancasila
merupakan ideologi bagi bangsa kita, Bangsa Indonesia. Kata Pancasila sendiri
berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu panca yang berarti lima dan sila yang
memiliki arti dasar. Oleh karena itu, Pancasila berisi lima baris kalimat
yang mendasari kehidupan berbangsa dan bernegara yang menyakut masalah ketuhanan,
kemanusiaan, pentingnya persatuan,
musyawarah, dan apalagi keadilan sosial. Bukannya
hebat tokoh-tokoh perumus pancasila?
merumuskan dasar negara yang memikirkan semua aspek kehidupan.
Sekarang ini, teknologi makin berkembang pesat. Hal ini menandakan
semangkin meningkatnya kadar kepintaran dan peradaban manusia. Berarti tidak
salah kalau dikatakan manusia sekarang pintar-pintar dan mengerti akan pedoman
hidup. Namun kenyataannya, kita yang mengerti akan hal tersebut lupa dari
nilai-nilai Pancasila yang diajarkan semenjak Sekolah Dasar. Atau sengaja
dilupakan? Seumpama daun yang hanyut
terbawa arus. Tidak heran jika banyak
permasalahan di negara ini yang tak kunjung selesai.
Misalnya saja korupsi, perbuatan yang paling dikutuk di dunia,
justru kian marak dan dipertahankan berkembang di Indonesia. Ironisnya,
perbuatan itu dilakukan oleh orang-orang besar di negeri ini. Entah sadar atau
tidak atas perbuatan mereka, yang jelas meraka menambah sumbangan efek negatif
bagi semua orang. Sehingga kita tidak perlu bertanya-tanya lagi, mengapa di
negeri “kaya” ini sering terjadi demonstrasi?
Akan tetapi, para koruptur
bukannya merasa bersalah, malah memutar balikkan fakta. Apa karena mereka
memiliki ijazah perguruan tinggi? Sehingga bisa dengan mudah memutar balikkan
fakta. Kalau iya, berarti mereka tidak memaknai apa itu perguruan tinggi.
Kalau soal makna, mungkin ini hal yang paling mendasar dari
permasalahan negara kita. Kita salah memaknai pancasila. Hal inilah yang
membuat peta perpolitikan dan budaya di Indonesia akhir-akhir
ini sangat marak diwarnai dengan isu konflik, etnis dan juga bahaya
disintegrasi yang perlahan mulai merambah ke seluruh wilayah Indonesia.
Akhir-akhir ini berbagai konflik tidak lagi bersifat konflik pribadi, namun
sudah merambah ke antar etnis, agama, ras dan golongan. Ditambah lagi dengan
tidak sedikitnya calon eksekutif atau legislatif yang memanfaatkan hal ini
sebagai jalan untuk merebut hati masyarakat yang efeknya bisa berdampak lain.
Lihat saja,
setiap ada keputusan dari pemerintah, pasti partai yang lain mencoba
menjatuhkan pemerintah tersebut. Padahal keputusan yang diambil sudah benar.
Tapi apa mau dikata, di Indonesia ini orang-orang tampaknya mempunyai sifat
berusaha menghacurkan orang lain. Contohnya saja kenaikan BBM. Padahal subsidi
BBM tidak bisa dipertahankan lagi. Akan tetapi, partai-partai lain gayanya
menolak dengan memampangkan spanduk bergambarkan wajah imut meraka dan dengan
logo partai pengusungnya. Tujuannya? Ya untuk mengambil simpatik rakyat. Orang
Minang bilang “Ambiak muko”.
Jangan sampai isi Pancasila dirubah sesuai dengan
keadaan di Indonesia saat ini. Seperti yang saya kutip dari sebuah blog “Keuangan yang maha kuasa,
Korupsi yang adil dan merata, Persatuan mavia hukum Indonesia, Kekuasaan yang dipimpin oleh nafsu kebejatan
dalam persekongkolan dan kepura-puraan, dan Kenyamanan sosial bagi seluruh pejabat wakil rakyat dan keluarganya”
Pada saat ini, dalam penerapan Pancasila
cendrung tidak konsisten. Tergantung dari keadaan politik dan ekonomi rezim
penguasa. Apabila penguasa meinginkan begitu, maka dasar negara pun begitu,
apabila begini, maka hasilnya begini. Di era
reformasi sekarang, banyak pihak yang berpendapat bahwa Pancasila telah semakin
dekat dengan ideologi liberal-kapitalis, baik secara politik maupun ekonomi.
1 Juni merupakan hari lahirnya
Pancasila. Apakah semua warga Indonesia mengetahui itu? Apa warga Indonesia
masih ingat? Jikalau ada, mungkin hanya sekedar perayaan saja. Seperti ada
sebuah partai yang mengadakan hari Pancasila besar-besaran di Jakarta dan
disiarkan langsung melalui TV Nasional. Ya mumpung akan PEMILU. Lalu,
kemaren-kemaren kemana? Ya paling tidak, ada. Lalu partai lain mana?
Bukannya hebat orang Indonesia? Sudah
membuat dasar negara begitu sempurna, ditentukan dan sekali setahun
memperingati hari lahirya, dan ditambah lagi hari pembuktian kesaktian
Pancasila. Tapi pelaksanaannya? Bukti cintanya?
Jadi masih Pancasilakah kita? Jikalau ada tentu permasalahan di negara kita akan mudah
diatasi. Dan tidak ada lagi pungutan-pungutan liar yang dilakukan oleh
kantor-kantor pemeritahan. Walau sepuluh ribu rupiah per urusan. Alasannya uang
administrasi, tapi bukannya dana sudah ada dari daerah? Ya ampun!